Tipstrickindonesia.com - Seorang peretas ransomware Conti menyerang Kantor Perwakilan Bank Indonesia ( BI ) Provinsi Bengkulu terhadap Desember 2021. 

Sebanyak 16 komputer terkena efek serangan. File-file berasal dari komputer tersebut terenkripsi bersama extensions, layaknya Sender2.exe, v2.exe, dan v2c.exe 

Badan Siber dan Sandi Negara menyebutkan tidak tersedia permohonan uang tebusan berasal dari peretas terkait serangan tersebut.

Anton meyakinkan bahwa berasal dari data-data yang tergoda terhitung “tidak tersedia knowledge sensitif terkait proses kritikal Bank Indonesia.” Pihaknya tetap mendalami bagaimana taktik serangan berikut agar bisa menargetkan kantor BI  Bengkulu.

Baca Juga : Serangan Ransomware Yang Mengakibatkan Data Critical

Menurut Anton, sejak insiden berikut BI sudah lakukan sejumlah langkah, pada lain, pertama, mengisolasi komputer yang terdampak oleh ransomware dan memutus hubungan server kategori kritikal agar tidak terdampak oleh ransomware.

Kedua, “Melakukan eradikasi terhadap file yang dianggap menjadi sumber penyebaran ransomware,” ujar Anton kepada Cyberthreat.id, Kamis (20 Januari 2022).

Dan, terakhir, lakukan monitoring terkait bersama dengan indikasi eksfiltrasi knowledge yang terjadi.

Terpisah, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono, mengakui bahwa BI sudah di serang oleh ransomware.

"BI mengerti terdapatnya peretasan berbentuk ransomware terhadap bulan lalu, serangan bulan lalu. Itu menyadarkan kita itu nyata dan kita kena," ujar Erwin kepada awak tempat di Jakarta. 

Menurut dia, serangan itu telah dimitigasi dan tidak memengaruhi sarana publik Bank Indonesia. Sayang, ia tidak menambahkan rincian lebih lanjut mengenai insiden siber tersebut.

Baca Juga : Apa Itu RAT ( Remote Access Trojan )

Sementara, Chairman lembaga riset keamanan siber CISSReC, Pratama Persadha, menganjurkan sehingga semua sistem jaringan Bank Indonesia yang terkoneksi diperiksa secara mendalam.

“Tapi, umumnya institusi pemerintah sih pasti menutup-nutupi. Enggak pernah mengakses secara gamblang kasus peretasan yang menimpa organisasinya,” ujarnya.

Ia mencontohkan sejumlah insiden kebocoran knowledge yang berjalan selama 2021. Dari insiden knowledge Polri, BRI Life Syariah, BPJS Kesehatan, Dukcapil Daerah, dan lainnya tak pernah ada kabar sambungan penyelidikannya.

“Ke mana itu sambungan kasus kebocoran data? Padahal jelas-jelas knowledge masyarakat bocor dan banyak masyarakat yang dirugikan,” ujar Pratama. 


Sumber : Cybertreat.id

Post a Comment

Jangan Lupa Untuk Terus Visit blog kami : https://mrwho-404.blogspot.com/?m=1

Previous Post Next Post